Selasa, 17 Mei 2011

Back to Future. . . .


Elegi

Selepas Senja
Menuju pekat yang lebih larut
Di dek buritan
Meninggalkan bebukitan dan gemerlap lampu di belakang sana
Menjauh. . .
Sampai hanya lautan saja yang terlihat
Menelan kerlip dan pendar
Itu Jawa. . .

Dan aku menuju Sumatera
Kembali
Kembali ke masa depan.

 
Hey, ini hari ke 17 di bulan kelima tahun ini
Di belakang sana, tepat di atas daratan yang kutinggalkan
Purnama sempurna ajeg di tempatnya
Menghiasi langit yang tak lagi biru
Walaupun aku menjauh, purnama itu tak berubah
Tetap sempurna dalam lingkarannya
Walaupun in fact, lokasi sebenarnya berjuta-juta kilometer di angkasa luar sana
Namun tampak nyata terlihat dari bumi
Oleh manusia dhoif seperti aku
Subhanallah
Laut tenang. . . .
Riak-riaknya pun datar
Bau amis dan asin laut begitu kental terbawa angin
Menyeruak.
Mungkin berjuta plankton, bangkai ikan, flora laut, polutan solar, sampah membusuk menyumbang kentalnya keamisan yang ada
Dan tingginya kadar garam memberi aroma asin yang buatku. . . . menyenangkan.

Kuedarkan pandangan, di sekeliling
Beberapa penumpang berkumpul dalam kelompoknya masing-masing
Bersama keluarga, anak-anak kecil bersama orangtuanya, sepasang pria wanita mungkin suami istri
Ada pula yang tak punya kumpulan sepertiku
Menyebar di dek
Dengan kesibukan dan perasaannya masing-masing
Senang, bahagia, tak punya beban, penuh kesyukuran, bimbang, kalut, kacau, sedih, terluka, miris, stress, depresi, kecewa, ketidakpuasan, sesal, tak bahagia. . . . atau. . . .

Seorang ABK mendekati
Membuka pembicaraan
Menawarkan diri mengeliminir kesendirian yang mengikutiku sejak awal
Dia bercerita tentang laut, tentang purnama yang benderang, tentang arti seragam putih dan cokelat
Putih adalah seragam khusus pedagang di kapal yang lokasinya di dalam ruangan kapal,
dan
Cokelat adalah seragam khusus pedagang di kapal yang lokasinya di luar ruangan kapal
Dia bercerita juga tentang mahalnya sewa lapak jualan di atas kapal
Di dada sebelah kiri seragam cokelatnya tertulis "Restorasi Panorama Nusantara"
Nama kapal yang aku tumpangi
Restorasi adalah restoran atau penyedia makanan dan minuman yang ada di kapal (atau di kereta api)
Restorasi punya makna banyak rupanya
Dahulu saat pelajaran sejarah, kukira restorasi hanya identik dengan kata perubahan, revolusi besar-besaran
"Restorasi Meiji"
(Sebuah kedangkalan ilmu)
Tapi ternyata ada pemakaian kata "Restorasi" dengan makna lain
Melihat tulisan restorasi, lagi-lagi aku teringat satu rasa yang terbetik sedari sore masih sangat terang
Lapar.
Keramahan ABK restorasi telah merayuku untuk memesan satu cup mie seduh
Rasa apapun, karena aku hanya ingin rasa yang tadi hilang
Asap mengepul dari cup mie, air bersuhu tinggi di dalam cup stereoform yang dulu sangat kuhindari
Menyeruput kuah panas langsung dari cup stereoform
Dengan rasa MSG yang kuat
Ditemani satu botol merahnya softdrink
Sempurna
Karsinogenik sempurna
Ahh, tak sekali sehari seperti ini
Takkan mati menjadi pembelot kesehatan seperti ini
Jika Allah belum mengizinkan.

Semakin larut
Purnama tadi semakin meninggi posisinya
Kali ini ditemani gemintang bintang
Ada satu, dua, tiga, empat, lima, banyak. . . . .
Terlalu banyak dihitung jari
Takkan terbilang jumlahnya
Karya sempurna Allah swt. yang kini menerangi lautan, bukan gemerlap dan pendar lampu buatan manusia tadi, yang tak mampu menerangi lautan secantik ini

Tiga jam berjalan maju
Sumatera telah terlihat
Pulau seberang tempatku menempa kemandirian dan mengais maisyah
Alhamdulillahirrobbilaalamiin, aku sampai
Selat sunda berakhir
Dan daratanpun menyambut
Aku bergegas, seperti juga orang-orang itu
Dengan yakin menapak
Menuju hidup di rantau kembali, setelah 2 hari mendapat jeda
Kembali ke masa lalu
Alhamdulillahi ya Robb.

Selat Sunda saat senja menjelang pekat








Tidak ada komentar: