Senin, 05 September 2011

Pulang

a ticket
Alhamdulillah.  Seperti Idul Fitri 1431 H tahun lalu, tahun ini pun saya kembali punya kesempatan untuk berlebaran di kampung halaman Bapak dan Mama saya di Yogyakarta dan Kebumen. Keberangkatan Jum'at 26 Agustus 2011, dari kantor saya langsung menuju tempat pemberangkatan di daerah Kalibalok, Tanjung Karang.  Mengapa dengan bus, untuk jarak perjalanan lebih dari 24 jam? jawaban saya, pemberhentian pertama saya adalah Prembun, Kebumen dan jarak bandara terdekat adalah Adisucipto, Yk, 3 jam di tempuh perjalanan, rencana awal memang ke Kebumen dahulu, saya berusaha konsisten.  Ada beberapa alasan yang membuat saya memprioritaskan lebaran pertama di Kebumen, selain itu saya punya budget yang harus di prioritaskan untuk keperluan tertentu, transport tanpa pesawatpun tak masalah, lagipula saya punya spare waktu yang cukup di perjalanan, lewat darat pun alhamdulillah.  Tetap bus yang sama, perusahaan otobus ini tak membuat saya kapok, bus ber euro 3 dengan suspensi yang soft, dengan tarif 300ribu untuk kelas eksekutif sudah tarif tuslah (tarif normal 240ribu), bertoilet, kursi 2-2, jarak kursi depan dan belakang lega banget, dapet selimut, bantal, AC yang super duper kenceng, kursi yang ada ekstension untuk kaki (seperti di pesawat he2), di tambah kursi yang bisa di setting ngejeblak ke belakang, plus sekotak snack berisi satu roti keju yang lumayan gede dan sebotol air mineral 330ml.  Bismillaahi majreehaa wa mursaahaa inna Rabbii laghafuurur rahiim.  Berangkaaaaattt... \'o'/

from the window

from the window

so close to the airport seaport :p

waiting cars

Mendekati pelabuhan, antrian kendaraan sesama pemudik mulai mengular panjang.  Sebuah tradisi akan kecintaan dan kerinduan kampung halaman dan keluarga.Pengalaman saya nyeberang dari Bakauheni, Lampung ke Merak, Banten di musim mudik, saya perhatikan arus pemudik dari P.Jawa ke Sumatera lebih padat dibanding yang dari Sumatera ke P.Jawa.  Tahun 2009 saat saya masih mudik ke Tangerang saja (tidak langsung Lampung-Yogya), arus Bakau-Merak lebih longgar dibanding Merak-Bakau, asumsi saya karena jumlah perantau dari Sumatera ke ibukota dan kota-kota lainnya di P.Jawa lebih banyak dibanding perantau Jawa yang merantau dan mencari kerja di Sumatera. Kondisi saya terbalik, bekerja di Sumatera dan pulang ke Jawa.  Tak apa, Allah memberi saya sarana ma'isyah disini, Allah berikan kehidupan baru yang tak hanya di Jawa-Jawa saja, Allah berikan saya kesempatan menghirup udara yang lebih segar dibanding udara di atas kepadatan Jawa.  What a beautiful perantauan... \'o'/ ayoo merantau!!!  #lho 
kendaraan di dalam lambung kapal

bring me safe to central java

with dharma kencana ship


sky and the island
 Ini kali kedua saya menyeberang dengan kapal motor penumpang (KMP) dharma kencana (masuk ke grup dharma lautan persada) interior dalam nya lebih lanjut sudah pernah saya posting sebelumnya, silahkan di cek kalo penasaran hehee (pede beneerrr!!).  Sangat jarang saya menyeberang Bakauheni-Merak dalam kondisi masih terang, biasanya dari Bandar Lampung menjelang isya, hanya pekat dan kerlip lampu juga gemintang bintang yang terlihat, namun kini saya masih bisa melihat birunya langit dengan awan terselip diantaranya, riak ombak dan rimbunnya hijau dari pulau-pulau yang terlewati.  Kapal ini termasuk kapal bagus yang jarang-jarang saya naiki, bagus tidaknya kapal bisa dilihat dari penampakan luar kapal, interior dalam, model kursinya seperti apa, fasilitas yang ditawarkan, dan satu lagi yang menarik, biasanya kapal dari dharma lautan persada selalu gratis kalo masuk ruangan AC..hehee :p
a neighbour ship :)

i called it a backpacker trip

wait the twilight
so close to the dusk

blue and dusk

semburat pagi di daerah cipendeuy

pemudik motor mengiringi

sudah sampai
Alhamdulillah, setelah hampir 26 jam perjalanan, saya sampai di Kebumen, dengan menumpang ojeg saya menuju rumah Mbah saya.  Sebelumnya saya mampir di dusun Mrentul untuk beli dawet buat bukaan.  Dawet berwarna bening, dengan santan encer dan kinca gula merah yang pas manisnya, ditambah potongan nangka yang menyumbang aroma harum.  Seribu rupiah untuk satu porsi dawet.  Berbeda dengan dawet di perkotaan yang warnanya mencolok pake pewarna makanan.  Di daerah sini, utamanya di sepanjang jalan Kutoarjo (masuk ke Kab. Purworejo) banyak penjual dawet hitam.  Dawet hitam adalah jajanan khas dari Kutoarjo.  Hitam warna nya dari abu merang, bukan dari tinta cumi seperti mie hitam yah.
dawet seller

the silhouette

a village road

purworejo rhythmic,  #kampung tetangga Pujodadi

oil lamp, #takbiran night

chubby cheeks

my cousins, a little girl who we called Risna :)
Mbah saya dari Mama, saya melihat kesamaan kontur dan lekuk wajah Mama dari diri Beliau.  Sosok Mama begitu lekat bisa dilihat dari Beliau, saya seperti melihat kembali Mama dalam diri Beliau
Mbah putri saya dari Mama, di usianya yang sampai saat ini kami tidak tahu usianya berapa tahun.  Beliau masih sehat dan beraktivitas seperti zaman muda dulu, beliau berdagang, dahulu saat Mama saya masih kecil, Mbah saya ini berdagang makanan tradisional, kue-kue kampung dan menjajakannya di pasar, pun sampai anak-anaknya besar dan perlahan satu demi satu pergi merantau ke Sumatera, ke Lampung..seperti juga saya yang dapat penempatan di Lampung :) namun kini kegiatannya adalah membuat tempe, dua hari sekali dan dijualnya di pasar yang dalam seminggu hanya tiga kali buka.  Beberapa kali saat saya masih kecil dan saat diklat di Cokroaminoto-Yk dulu saya mampir ke tempat Simbah dan ikut menemani dodol tempe ke pasar, menggelar dagangan, dan menunggui sampai dagangan habis baru bisa pulang.  Yang membuat saya senang ikut ke pasar adalah jajanan pasar yang tidak bisa saya temui di tempat tinggal saya di Tangerang dan Lampung (kini), bubur nasi dengan pelengkap ayam atau sayur tempe yang ekstra pedas dalam pincuk daun, kue-kue pasar yang bentuknya memang tidak menarik tidak berwarna menarik, namun enak, juga pecel yang bumbu kacangnya khas.
what a beautiful family
closer with beautiful family

like in keukenhof  garden yah :D
Lebaran kedua, sepupu-sepupu kecil saya minta diajak jalan-jalan, mau ke tempat wisata di Kebumen katanya..saya juga mau nih, jarang-jarang , setahun sekali berkumpul keluarga.  Dari jam 8 pagi kami sudah siap.  Dengan bertransport kendaraan angkot punya salah seorang paklik saya, jadilah kami pelesiran dengan tujuan ke Goa Jatijajar dan Pantai Logending-Ayah.  Perjalanan menuju Gombong pun dimulai..
Sepanjang perjalanan kami, disuguhkan dengan pemadangan bukit, sungai, bendungan, kebun-kebun palawija dan pesawahan.  Ada satu view yang menarik, sekilas memang terlihat berwarna-warni, hijau, hijau muda, kuning, kuning muda dan kecoklatan, di kontrasi dengan kejernihan birunya langit.  Sekilas seperti kebun bunga Keukenkof garden di Belanda sana yah, hihiii, padahal sejatinya adalah hamparan perkebunan kedelai yang merata di kiri dan kanan jalan, warna kuning menunjukkan tanaman kedelai yang sudah tua dan siap dipanen...tempe, tahu, tauco, oncom, susu kacang kedelai merupakan beberapa hasil olahannya.

a dam, without "n" surely
Pemandangan menuju tujuan Goa Jatijajar, perbukitan yang menjulang dan sungai-sungai yang melalui di pinggirannya.
soya beans garden

the title
Dengan membayar Rp7500/orang usia dewasa dan Rp4500/orang usia dibawah 4thn, kami dapat masuk dan menjelajah di kawasan wisata Goa Jatijajar. Obyek wisata Goa Jatijajar memiliki luas sekitar 5,5 hektar Ada tiga goa yang berada di komplek Goa Jatijajar, yaitu Goa Dempok, Goa Intan, dan Goa Jatijajar. Petualangan di Jatijajar akan dimulai dari Goa Dempok yang memiliki panjang kurang lebih 100 meter yang namanya diambil dari nama pemilik lahan penambangan kapur. Menurut catatan di Diparta Kebumen, Goa Dempok dulunya merupakan lokasi penambangan kapur tohor dengan skala besar. Sisa kejayaan itu diabadikan dalam bentuk tobong pembakaran batu gamping, yang tidak jauh dari pintu masuk Goa Dempok. Goa yang merupakan gabungan goa alam dan buatan ini sangat disukai wisatawan minat khusus yaitu geo wisata (wisata alam). Saat didalam goa, kita akan menjumpai stalaktit dan flow stone sepanjang 50 meter lorong goa.
entrance of jatijajar cave
family's smile

stalaktit and stalakmit
penjelasannya berdasarkan hasil browsing:  Stalaktit dan Stalakmit adalah bentukan alam khas daerah Karst. Stalaktit dan Stalakmit terbentuk akibat dari proses pelarutan air di daerah kapur yang berlangsung secara terus menerus dan kontinyu. Air yang larut di daerah karst akan masuk ke lubang-lubang (doline) kemudian turun ke goa dan menetes-netes dari atap goa ke dasar gua. Nah tetesan-tetesan air ini lama-lama berubah jadi batuan yang bentuknya runcing-runcing seperti tetesan air. Stalaktit adalah batu yang terbentuk di atap goa, bentuknya meruncing ke bawah, sedangkan stalakmit adalah batu yang terbentuk di dasar goa bentuknya meruncing ke atas.

interior di dalam Goa sudah di modif sedemikian rupa, dan aman untuk dilewati.  Pemda setempat sudah membangun fasilitas-fasilitas di dalam Goa, lampu sepanjang Goa, anak-anak tangga dari beton dan besi-besi pegangannya.

diorama di dalam Goa Jatijajar, biasanya tentang Kamandaka atau lutung kesarung...diorama ini buatan manusia, hanya sebagai "peramai" indoor Goa saja.
souvenir booth
Setelah keluar dari Gua Jatijajar, pengunjung menuju jalan keluar.  Satu hal yang memang biasa ditemui jika ke tempat-tempat wisata, jalan keluar sengaja di arahkan melalui rute pedagang cinderamata ataupun kedai makan, berputar-putar diantara pedagang suvenir dan oleh-oleh khas, supaya mereka terlintasi oleh para pengunjung, yang tadinya ndak niat beli-beli jadi tertarik beli :)
motorship
Beranjak dari Goa Jatijajar, kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Logending-Ayah, Ayah itu adalah nama Kecamatan di Gombong, Kebumen.  Perjalanan lebih dekat dan medan yang tidak begitu berat dibanding waktu keberangkatan awal tadi.  Kami istirahat sebentar, menggelar tikar yang kami bawa dari rumah, ngampar, membuka bekal.  Tahu ndak, bulek saya menggelar tikar tepat di depan orang yang berjualan minuman ringan. haahahha, menghalangi orang dagang aja nih..tak apa lah, habis memang tak ada venue yang adem buat neduh, tempat lain sudah penuh...hihihii
Setelah istirahat dan makan, kami naik perahu (biaya Rp5000/orang kira2 muter setengah jam-an) berkeliling sungai yang bermuara ke laut.  Pantai di Logending konturnya unik, pantai trus air, pesisiran, lalu pantai lagi, pesisiran lagi..jadi harus jalan agak jauh untuk menuju pantai terluar dari pesisir.  Biaya masuk di tempat pemungutan retribusi (TPR) Rp40ribu/mobil, itu sudah termasuk karcis parkir, jadi di areal wisata tak dipungut uang parkir lagi.
wait to twilight

a ship to livelihood
ramai, tipikal pantai wisata yang masuknya bayar, kalau saya di Lampung, ada pantai-pantai tertentu di pelosok Kabupaten yang masuknya bisa sesuka hati, tidak ada yang menjaga, tidak ada yang dagang macem-macem, di Pantai Cukuh Balak, Tanggamus, udah pernah saya posting.


senja yang indah
kursi taman yang unik, saya tertarik mengabadikannya dalam olympus saya


di close up yah

Sand Dunes
Setelah silaturrahim Kebumen selesai, kami sekeluarga, keluarga inti sih, saya, Bulek tercinta dan Abang semata wayang yang mukanya mirip saya, maklum cuma dua bersaudara.  Kami melanjutkan silaturrahim ke Yogyakarta, tanah kelahiran Bapak tercinta di Parangtriris, Bantul.  Saya jadi anak pesisir untuk sementara he2, mainnya ya ke pantai terus.  Sesekali kalo sedang pulang Yk, saya jalan-jalan ke Malioboro, dolan neng Kuto...tapi kali ini tak ada waktu banyak bagi saya untuk njelajah Kuto jalan kaki seperti biasa.  Di rumah simbah ada acara syukuran ulangtahun Mbah Putri saya yang ke 91 thn, subhanallah, usianya sudah melebihi usia Rasulullah.  Mbah saya ini masih rajin shaum senin kamis, bangun malam untuk qiyamullail, selalu bangun pagi dan alhamdulillah masih sehat.
Mbah putri saya dari Bapak (yang berselendang pink), saya juga melihat kesamaan kontur wajah dan sosok Bapak saya dari diri Beliau

Salah satu sisi sand dune
Fenomena alam ini biasa disebut sand dune atau dalam bahasa Indonesia nya disebut gumuk pasir.  Merupakan bentukan yang terbentuk oleh akitivitas angin (eolin) yang terbentuk dalam waktu ribuan tahun. Angin yang membawa pasir dan kemudian mengendapkannya akan membentuk berbagai macam tipe bentuk gumuk pasir. Pada umumnya, gumuk pasir terbentuk pada daerah gurun, namun uniknya di Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki bentukan gumuk pasir tersebut. Oleh karena itu, gumuk pasir yang terdapat di pantai selatan Jawa (parangtritis dan pesisir Kebumen) merupakan satu-satunya di Indonesia. Terbentuknya gumuk pasir di pantai selatan tersebut merupakan hasil proses yang dipengaruhi oleh angin, Gunung Merapi, Graben Bantul, Serta Sungai Opak dan Progo.
a pathway to the beach
Selepas shubuh saya main-main ke pantai dengan keindahan sand dune nya, pantainya juga indah, sepi hanya ada satu dua orang berbeda dengan pantai tempat wisata di Kebumen kemarin.  Daerah sand dune juga ditinggali oleh penduduk lho, membuat kandang sapi atau domba, beternak sapi disana, daerah ini kurang subur untuk bercocok tanam, namun menurut informasi tumbuhan cabe, semangka, jeruk, sawi, terung, kentang, bahkan padi bisa ditanam di tanah seperti ini, menurut googling sistem yang dipakai adalah sistem sumur renteng berkembang dipadukan dengan genset dan selang plastik.  Saudara saya pun punya kebun semangka di tanah tipe sand dune ini, kulit semangkanya hijau muda dan umumnya tidak bergradasi hijau tua belang belang seperti semangka kebanyakan, halah bahasa saya tak bagus betul ini...
salah satu contoh bercocok tanam di sand dune

no one there

no one there

like sand waves

ini tempat untuk manasik haji, seperti padang pasir, tepat sekali jadi tempat latihan thawaf
laut nya udah keliatan kan...


yang berpagar kayu ini adalah kandang sapi milik penduduk, pas saya lewat, sapi nya agak kaget dan klenongan di lehernya jadi berbunyi...terkejut melihat sosok saya yang bergaya fotografer amatir kali yah, cekrek#

repetition picture


itu ada jejak kaki ayam mungkin... :p

nice shot yah, #halah


"i'm give up" musim kemarau di Yk membuat pohon ini nyaris tumbang

lonely tree

"kutemani engkau dalam sakaratulmu"

"menggandeng awan", kami bersahabat, cheer \'o'/

lonely tree again




grass and sand dune

menuju laut

just walk to the beach

sand, hill and dry grass

saat pagi memeluk hangatnya pesisir


blue and silver



a lonely coast


"a lonely coast again" pukul enam pagi tak banyak orang yang datang ke pantai, saat saya di sana, saya melihat ada beberapa orang berjalan kaki dan satu dua orang pencari remis untuk di jual.  Ombak besar, angin kencang, biasanya aktivitas saya ketika sudah sampai pesisir pantai, adalah membaca al'matsurat pagi saya, kumpulan dzikir yang biasa Rasulullah baca.  Setelah itu rebahan bentar di pepasiran, kadang angin besar menerbangkan pasir ke wajah saya he2, atau kumang kecil yang kadang salah berjalan ke arah saya, kumang=sejenis hewan yang punya cangkang seperti keong (kalo kata orang Tangerang mah nyebut kumang  itu  kelomang hehehee), menikmati sky watch, tak ada bird watch disini, saya memandangi langit, memperhatikan kumpulan awan putih yang berarak perlahan, meninggalkan tempatnya,  ternyata mereka tidak ajeg, tidak statis, seperti juga kita yang sebaiknya selalu berubah kian hari ke hari, berubah dalam kualitas diri dan berubah untuk hal-hal yang baik. :)

hey, aku masih sendiri...mana awan yang tadi menggandengku
jalan beraspal menghubungkan pantai depok dan pantai parangtritis

Beberapa hari di Bantul, saya pulang duluan karena hari kerja sudah menunggu.  Dengan menumpang bus Yogya-Lampung langsung, saya meninggalkan Yogya, tiket Rp275ribu, tak ada selimut, tak ada bantal tak ada snack kotak, tak ada AC kenceng, tak ada toilet di bus, tak ada kursi yang bisa lega ngejeblak, tak ada sandaran kaki, tak ada kenyamanan yang lebih baik seperti bus hijau yang mengantar keberangkatan mudik, tak apa sahabat, karena rasa senang, rasa nyaman, rasa bahagia itu di hati bukan? :) ini pilihan terbaik untuk pulang, tidak banyak pilihan moda transportasi dengan biaya terjangkau lagi-lagi di kondisi padat arus balik seperti tanggal-tanggal segini.  Bismillaahi majreehaa wa mursaahaa inna Rabbii laghafuurur rahiim.  Markitpul!!! mari kita pulaaaaaang :) \'o'/

bakpia sebelum dipanggang dalam oven alumunium, sebelum bus berangkat mengantarkan saya kembali ke perantauan, cari oleh-oleh yang khas Yogya dulu, ini saja lah ya... :)  biasanya khusus untuk bakpia, kalo saya banyak waktu, saya belinya di 25, menuju ke bakpia 25 saya naik becak yang di sepanjang Malioboro pada tau semua dan malah menawarkan "ke bakpia 25 mba? murah cuma 2 ribu" saya jadi tahu ketika intrograsi pengayuh becak yan saya naiki, bahwa setiap tukang becak yang mengantar ke pusat bakpia dapat 1 kupon yang dalam jumlah tertentu (seingat saya jumlahnya ratusan kupon) nanti bisa ditukarkan dengan hadiah2 tertentu, bisa dapet hadiah becak, atau hadiah elektronika.  Oo, pantas saja mereka semangat nawar2in nganter ke pabrik bakpia. Mengantarkan dengan becak untuk mendapatkan becak.  Harapan yang harus diwujudkan dengan usaha yang besar dalam waktu tidak sebentar.  Itulah ikhtyar.   Kali ini saya beli nya di kedai bakpia di belakang terminal bus Giwangan, bakpia 95 "judul"nya.  Ketika saya datangi, bakpia-bakpia disana masih dibuat, adonan kulitnya seperti adonan kue yang liat, mirip adonan kue nastar menurut saya, dibentuk, lalu di isi kan kumbu dari kacang hijau yang sudah di kupas, dibentuk bulat, sedikit dipipihkan lalu di cetak dengan sejenis lempengan besi tipis berbentuk seperti cincin, ditaro di loyang dan siap di panggang.  Harum bakpia baru matang begitu wangi, aroma kacang hijaunya mendominasi, segar makanan baru dan hangat.  hmm..delight..


OK, that's all....terima kasih sudah menyimak perjalanan mudik saya, :)
Lakukan perjalanan dan kau akan mengerti kebesaran juga keindahan maha karya Allah.
Bertemu banyak orang yang berbeda dengan bermacam inspirasi yang dapat kau ambil, karena dunia takkan terulang 1 kali lagi untukmu.  Precious it.  Thankful it.
salam blogger selalu.... ^^/

19.00 WIB
Teluk Betung Utara