Sabtu, 29 Oktober 2011

Kembali Ke Depok. . . .



Harga Tiket KA Ekonomi Tangerang-Depok tak berubah, tetap Rp1500 pun sejak 2006 lalu.

Kembali ke Kota Satelit
Alhamdulillah, atasan langsung akhirnya meng-approve surat "harapan" saya.  Saya mengambil cuti 1 pekan lamanya di akhir Oktober ini.  Demi sebuah tekad, saya ingin mengejar ketertinggalan saya sebelum saya terbenam dalam padatnya tugas yang akan saya hadapi beberapa bulan ke depan.  Sebelum semua ini berakhir begitu saja. Tanpa selembar kertas sedikit tebal berlogo makara yang khusus tertulis nama lengkap saya di lembarannya.

Jadwal Kereta yang berubah kini
Jakarta Kota dari sisi yang lain

Tak seperti dulu, kini sudah langka kita temui pedagang di kanan kiri peron.  Penertiban PKL berhasil membuat mereka tersingkir entah kemana, ini..satu hal yang patut disyukuri atau disesali?tergantung dari sisi mana kita melihat.  Mereka yang punya capital lebih besar, membuka gerai nya disini.  Kemajuan yang dinamic, namun dingin.  Saya lebih suka jaman PKL masih banyak di peron maupun di dalam kereta. 

Stasiun Kereta Tua, disainnya hasil rancangan Belanda yang masih dipertahankan hingga kini

Kereta Ke Bogor dan Depok datang dari jalur ini, jalur 12, atau kadang jalur 11

Program yang sama sekali gagal.  Hanya tagline yang bagi "anak kereta baru" adalah suatu keberadaban yg lebih layak. But in practice?
Halte Kober.  Bikun.   Masih ingatkan? Merah untuk jalur lurus melintasi Hukum, MUI, Pocin, FKM, MIPA, PNJ, Kukel, Kutek sampai menuju kober kembali, Biru untuk jalur belok kanan Psikologi, FISIP, FIB, Teknik sampai berputar kembali pula :) Sejak 2008 bikun menjadi lebih bagus.  Bikun nya adalah bus jepang dan china yang lebih mantap AC nya, lebih banyak kursinya.  Saya pernah jadi korban pencopetan di dalam bikun, waktu itu saya masih semester 1.  Dompet exsport yang sarat kartu, sarat kertas tak guna, beberapa poto masa kecil dan poto orangtua, uang saku bulanan dan uang baju lebaran raib.  Saat itu Ramadhan.  Sejak saat itu saya kapok pake tas ransel dibelakang kalo di kendaraan.  Bedakan antara waspada dan su'udzon teman. 

Sudah sampai kampus.  Saya langsung menuju Perpustakaan Pusat.  Bangunan perpustakaan baru yang menurut berita terunik dan termegah se-Asia Tenggara.
What a completed library
Landmark nya Perpus UI
Loker
Computer Room, kau bisa mengetik, mengerjakan tugas, cari data, browse, fesbukan, ngeblog malah ada yg nge-game juga #terlalu' kalo kesini cuma niatnya gaming. . .  -_-'/ hiks
Reception
Cubicles
Lantainya pun parket. . .
White Pavi saya ajak kemana2, mempermudah tugas, smg awet dan nda' rewelan. . .
Hujan menemani sore saya di kampus.  Saya suka sekali hujan.  Hujan itu adalah rizqi.  Hujan itu meneduhkan jiwa. Hujan mengalirkan kekhawatiran.  Dan hujan adalah salah satu saat mustajab dalam berdo'a. 
Disain yang cantik
Mereka masih belajar.  Sekelompok mahasiswa dari beragam fakultas, mengikuti praktek kaligrafi, mata kuliah yg wajib diambil diawal semester.  "Al kalam? Al mistor?" tanya salah seorang mahasiswa yang tampaknya "ketua kelas" pada teman2 nya, sambil membagikan pensil dan penggaris untuk praktek kaligrafi. "Al Kalam? Al Mistor?" mempraktekan ilmu.  Saya mendengarkan mereka, saya membaca semangat belajar "mahasiswa baru" mereka.
Saya mendatangi ruangan ini sepi di awal.  Seiring waktu, beberapa mahasiswa datang dan pergi.  Belajar, diskusi, bercerita, membahas, kebersamaan, ramai dan hidup.  Mereka datang bersama-sama, mungkin dengan teman satu kelasnya, satu jurusan, satu fakultas.  Saya tak menemukan orang yang saya kenal disini.  Sudah tidak ada lagi.  Satu persatu lulus lebih dulu.  Dahulu, ada rasa tersaingi bila ada teman yang rajin ke perpus, kau tahu kenapa?karena buku marketing akan dia pinjam lebih dulu jika dia lebih sigap berburu, dulu melihat teman ke perpus melihat skripsi kakak kelas, membuat hati tak mau kalah, takut tersaingi dan takut dia lebih cepat lulus karena rajinan dia hehhehee (pikiran dangkal), tapi sekarang, saya tahu rasanya, ternyata keberadaan teman seangkatan, teman yang sama2 berjuang dari mulai ngantri KRS dan membangun semangat awal kuliah sampai bab lima skripsi selesai, kehadiran mereka ternyata memberi semangat, memberi daya compete, memberi motivasi untuk lebih maju lagi, sekedar menyapa mereka, bertukar pandangan dan bertukar senyum, ternyata itu menguatkan.  Saya sendirian sekarang.  Saya hanya bisa memutar rekaman bersama teman2 seangkatan dalam betikan ingatan. Saya akan menyusul.  \'o'/
Tas UGM yang setia menjadi pelindung pavi, kemanapun saya pergi.
Jalan lorong
Ruang Koleksi
Pencarian referensi, buku, skripsi, thesis, disertasi.  Ketik judul, nama pengarang atau informasi yang mendekati dan kode lokasi rak buku akan tertampil, modal awal berburu buku di ratusan rak yang tersedia.  Memudahkan pastinya.  Sistem OPAC yang di pakai.  ahh, Mac Kompie itu. . . begitu keren! apakah uang bayaran saya salah satu penyumbang untuk membelinya. . . .bisa jadi, BHMN kini, tak tersubsidi lagi.
Pojok Cubicle
Ruang Koleksi Buku, tertata bertingkat, dengan tingkat kayu tidak permanen, namun cukup kuat.  Sebuah konsep yang menarik
Lantai Dua
Barisan Buku. . . .Barisan ilmu
Tangga penghubung
Lantai 2 yang sejatinya menyatu
Integrasi buku-buku dan referensi dari seluruh fakultas sudah ter shelving sejak Juli lalu
Bacalah, dan kau akan mengerti
Integrated Shelve

Selasa, 25 Oktober 2011

Kesempatan. Satu Kali Lagi...


Kau sama sekali tidak bisa fokus kah?
Pikiranmu tertuju pada macam-macam
Macam-macam kekhawatiran yang kau tak berhak menjudge nya
Sama sekali tidak berhak
Lupa kah kau?
Bahwa tugas kita hanya berusaha
Allah yang menentukan
Allah yang memutuskan
Kita hanya berbuat.
Jadi
Lupakan konklusi atas kekhawatiran yang kau pikirkan
Lupakan
Dan mulai lah berusaha
Lebih serius lagi.
Dengan menambahkan kesabaran lebih luas lagi
Karena Allah bersama orang-orang yang bersabar
Innallaaha ma’asshoobiriiin
Percaya
Yakinlah.


dari diri untuk diri, tanpa tendensi untuk siapapun


25 Oktober 2011
Lantai empat bangunan perpustakaan unik se Asia Tenggara
Teman seangkatan yang sudah lulus tak sempat menghabiskan hari menekuri skripsi disini. 

picture: courtesy by google